Sabtu, 24 November 2012

Hisapan Pembunuh Rantai Manusia


Jangan sekali kali kau menghisap WEEDS sebelum 
WEEDS yang menghisap kalian


Pancasila Adalah Ideologi


A.    KRONOLOGIS LAHIRNYA IDEOLOGI PANCASILA
        
         Pancasila sebagai dasar filsafat serta ideologi bangsa dan Negara Indonesia, bukan terbentuk secara mendadak serta bukan hanya diciptakan oleh seseorang sebagaimana yang terjadi pada ideologi-ideologi lain di dunia. Namun terbentuknya Pancasila melalui proses yang cukup panjang dalam sejarah bangsa Indonesia.
        
         Secara kualitas Pancasila sebelum disahkan menjadi dasar filsafat Negara nilai-nilainya telah ada dan berasal dari bangsa Indonesia sendiri yang berupa nilai-nilai adat-istiadat, kebudayaan dan nilai-nilai religious. Kemudian para pendiri Negara Indonesia mengangkat nilai-nilai tersebut dirumuskan secara musyawarah mufakat berdasarkan moral yang luhur, antara lain dalam sidang-sidang BPUPKI pertama, sidang Panitia Sembilan yang kemudian menghasilkan piagam Jakarta yang memuat Pancasila yang pertama kali, kemudian dibahas lagi dalam sidang BPUPKI kedua. Setelah kemerdekaan Indonesia sebelum sidang resmi PPKI Pancasial sebagi calon dasar filsafat negera dibahas serta disempurnakan kembali dan akhirnya pada tanggal 18 Agustus 1945 disahkan oleh PPKI sebagai dasar filsafat Negara Republik Indonesia.


B.    PERTENTANGAN IDEOLOGI PANCASILA
 Status Pancasila, apakah merupakan ideologi atau bukan, masih menimbulkan tanggapan berbeda di kalangan ilmuwan. Di satu pihak, ada yang berpendapat bahwa Pancasila tidak seharusnya dianggap sebagai ideologi, seperti terlihat pada pendapat Ongkhokham, Armahedy Mahzar, Garin Nugroho, dan Franz Magnis Suseno.
  • Menurut Onghokham Pancasila jelas merupakan ’dokumen politik, bukan falsafah atau ideologi’, dan harus dilihat sebagai kontrak sosial, yaitu kompromi atau persetujuan sesama warga negara tentang asas-asas negara baru yang dapat disamakan dengan dokumen-dokumen penting negara lain seperti Magna Carta di Inggris, Bill of Rights di Amerika Serikat dan Droit del’homme di Perancis.
  • Armahedy Mahzar melihat Pancasila sebagai ideologi menyebabkan monointerpretasi terhadap Pancasila oleh penguasa.
  • Garin menilai bahwa Pancasila dijadikan alat untuk menciptakan industrialisasi monokultur yang berakibat terjadinya sentralisasi.
Keduanya berpendapat bahwa Pancasila tidak boleh lagi menjadi sekadar ideologi politik negara, melainkan harus berkembang menjadi paradigma peradaban global. Franz Magnis Suseno menyatakan, ‘Pancasila….lebih tepat disebut kerangka nilai atau cita-cita luhur bangsa Indonesia secara keseluruhan daripada sebuah ideologi’. Kecenderungan Pancasila menjadi doktrin yang komprehensif yang terlihat, pertama, pada anggapan bahwa ideologi berhubungan erat dengan stabilitas dan kohesi masyarakat, dan kedua, pada anggapan bahwa ideologi sebagai sumber nilai dan norma dan karena itu harus ditangani (melalui upaya indoktrinasi) secara terpusat, semuanya, pada akhirnya, akan bermuara pada atau menghasilkan perfeksionisme negara. Negara perfeksionis adalah negara yang merasa tahu apa yang benar dan apa yang salah bagi masyarakatnya dan kemudian melakukan usaha-usaha sistematis agar ‘kebenaran’ yang dipahami negara itu dapat diberlakukan dalam masyarakatnya. Tetapi mengatakan bahwa Pancasila tidak seharusnya dianggap sebagai ideologi mengaburkan makna yang lebih kompleks dari konsep ideologi dan peranannya. Saya ingin menekankan bahwa yang ditolak adalah bukan Pancasila sebagai ideologi, melainkan pengertian ideologi Pancasila yang selama ini memperkuat otoritarianisme negara.
Jadi, ideologi Pancasila tetap memiliki makna yang penting, dan menganggap Pancasila sebagai ideologi juga bukan tanpa dasar. Marilah kita mulai dengan melihat satu fenomena menarik dalam perkembangan sejarah Pancasila. Faktanya adalah Pancasila yang dirumuskan dan dibentuk dalam rangkaian sidang-sidang BPUPKI dan PPKI menjelang dan setelah diumumkan Proklamasi Kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 memang telah mengalami perkembangan. Ia diinterpretasikan dan bahkan diimplementasikan oleh berbagai aktor dan kekuatan politik untuk mewarnai kehidupan berbangsa sepanjang sejarah Indonesia dengan caranya masing-masing.Jadi, mengapa Pancasila sebagai ideologi tidak dapat ditolak, penjelasannya mirip dengan apa yang terjadi pada perkembangan ideologi komunis Cina. Seperti halnya ideologi komunis Cina, ideologi Pancasila (dan sesungguhnya juga semua ideologi) memiliki daya hidup. Ideologi penting karena dapat menjelaskan bagaimana sebuah masyarakat berpikir dan berperilaku. Dengan kata lain, ideologi selalu memiliki tempat dalam kesadaran, dan arti penting ideologi dapat dipahami jika kita bisa mengenali sifat permanen dari kesadaran itu, tanpa komitmen yang merendahkannya. Sebagaimana kasus ideologi komunis Cina, kesadaran ini juga berarti dua hal. Pertama, Pancasila bisa dilihat sebagai ’ideologi informal’, yaitu ’kompleks dari nilai-nilai kebudayaan, preferensi, prasangka, kecenderungan, kebiasaan dan proposisi-proposisi yang tidak dinyatakan tetapi diterima luas mengenai realitas yang mengkondisikan cara bagaimana para aktor politik berperilaku. Kedua, Pancasila juga bisa dilihat sebagai ‘ideologi formal’, yang jika pada kasus ideologi komunis Cina akan menunjuk pada pemikiran Marxisme-Leninisme-Mao Zedong, maka ideologi formal Pancasila juga menunjuk pada ‘bentuk pemikiran yang sistematis dan eksplisit, diformulasikan secara masuk akal dan diartikulasikan secara baik’.

C.     KESIMPULAN

      Lahirnya Ideologi Pancasila dicetuskan oleh para kaum tua yang dirinci oleh panitia Sembilan pada saat sidang. Dari beberapa pendapat , terjadi polemik antara pembuat rincian pancasila . Setelah di sidang beberapa tahap , akhirnya Pancasila di cetuskan dengan beberapa rekomendasi yang mendasar. Tidak hanya itu , banyak pertentangan tentang Ideologi Pancasila menurut beberapa tokoh di dunia. Bahwa Pancasila itu bukan suatu Ideologi melainkan dokumen politik dan dilihat dari segi kontrak social. Jadi, ideologi Pancasila tetap memiliki makna yang penting, dan menganggap Pancasila sebagai ideologi juga bukan tanpa dasar. Marilah kita mulai dengan melihat satu fenomena menarik dalam perkembangan sejarah Pancasila. Faktanya adalah Pancasila yang dirumuskan dan dibentuk dalam rangkaian sidang-sidang BPUPKI dan PPKI menjelang dan setelah diumumkan Proklamasi Kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 memang telah mengalami perkembangan.
     
      Pertentangan pendapat tentang status Pancasila itu justru penting dan menarik dipahami karena memberikan petunjuk tentang cara pandang baru terhadap Pancasila; seperti yang sudah saya jelaskan, Pancasila sebagai doktrin yang komprehensif yang pernah berkembang selama ini rupa-rupanya telah semakin disadari berbahaya karena dapat memperkuat otoriarianisme negara. Menurut saya, pandangan ini benar, dan pilihan yang tersedia adalah menjadikan Pancasila sebagai konsepsi politis. Saya sendiri merasa bahwa Pancasila sebagai sebuah konsepsi politis sudah dengan sendirinya sangat bermakna, yaitu untuk keluar dari kebuntuan selama ini tentang apa yang harus dilakukan berkenaan dengan Pancasila yang oleh banyak kalangan dianggap mengalami kemerosotan makna. Kenyataannya , dari sila pertama hingga sila kelima hanya akan menjadi “LUBANG TAI SEJARAH” yang tak akan pernah bisa berjalan dalam kehidupan yang nyata pada saat ini.




DAFTAR PUSTAKA
Kaelan. 2001. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma
Rukiyanti, dkk. 2008. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta : UNY Press
Budiarto Danujaya, “Reinventing Ideology”, Kompas, 23 Juni 2004

Pencemaran Air Sungai



A. Pengertian

Pencemaran sungai adalah tercemarnya air sungai yang disebabkan oleh limbah industri, limbah penduduk, limbah peternakan, bahan kimia dan unsur hara yang terdapat dalam air serta gangguan kimia dan fisika yang dapat mengganggu kesehatan manusia.Pencemar sungai dapat diklasifikasikan sebagai organik, anorganik, radioaktif, dan asam/basa. Saat ini hampir 10 juta zat kimia telah dikenal manusia, dan hampir 100.000 zat kimia telah digunakan secara komersial. Kebanyakan sisa zat kimia tersebut dibuang ke badan air atau air tanah. Pestisida, deterjen, PCBs, dan PCPs (polychlorinated phenols) adalah salah satu contohnya. Pestisida dgunakan di pertanian, kehutanan dan rumah tangga. PCB, walaupun telah jarang digunakan di alat-alat baru, masih terdapat di alat-alat elektronik lama sebagai insulator, PCP dapat ditemukan sebagai pengawet kayu, dan deterjen digunakan secara luas sebagai zat pembersih di rumah tangga.




B. Penyebab Pencemaran Sungai
·       
                 Sumber polusi air sungai antara lain limbah industri, pertanian dan rumah tangga. Ada beberapa tipe polutan yang dapat masuk perairan yaitu : bahan-bahan yang mengandung bibit penyakit, bahan-bahan yang banyak membutuhkan oksigen untuk pengurainya, bahan-bahan kimia organic dari industri atau limbah pupuk pertanian, bahan-bahan yang tidak sedimen (endapan), dan bahan-bahan yang mengandung radioaktif dan panas. Penggunaan insektisida seperti DDT (Dichloro Diphenil Trichonethan) oleh para petani, untuk memberantas hama tanaman dan serangga penyebar penyakit lain secara berlabihan dapat mengakibatkan pencemaran air. Terjadinya pembusukan yang berlebihan diperairan dapat pula menyebabkan pencemeran. Pembuangan sampah dapat mengakibatkan kadar O2 terlarut dalam air semakin berkurang karena sebagian besar dipergunakan oleh bakteri pembusuk. Pembuangan sampah organic maupun yang anorganic yang dibuang kesungai terus-menerus, selain mencemari air, terutama dimusim hujan ini akan menimbulkan banjir. Belakangan ini musibah karena polusi air datang seakan tidak terbendung lagi disetip musim hujan. Sebenarnya air hujan adalah rahmat. Akan tetapi rahmat dapat menjadi ujian apabila kita tidak mengelolanyadengan benar.



C. Dampak dari pencemaran air sungai

Pencemaran air dapat berdampak sangat luas, misalnya dapat meracuni air minum, meracuni makanan hewan, menjadi penyebab ketidak seimbangan ekosistem sungai dan danau, pengrusakan hutan akibat hujan asam dsb.

1. Dampak terhadap kesehatan

Peran air sebagai pembawa penyakit menular bermacam-macam antara lain :
a) air sebagai media untuk hidup mikroba pathogen
b) air sebagai sarang insekta penyebar penyakit
c) jumlah air yang tersedia tak cukup, sehingga manusia bersangkutan tak dapat membersihkan diri
d) air sebagai media untuk hidup vector penyakit

2. Dampak terhadap estetika lingkungan

Dengan semakin banyaknya zat organic yang dibuang ke lingkungan perairan, maka perairan tersebut akan semakin tercemar yang biasanya ditandai dengan bau yang menyengat disamping tumpukan yang dapat mengurangi estetika lingkungan. Masalah limbah minyak atau lemak juga dapat mengurangi estetika. Selain bau, limbah tersebut juga menyebabkan tempat sekitarnya menjadi licin. Sedangkan limbah detergen atau sabun akan menyebabkan penumpukan busa yang sangat banyak. Inipun dapat mengurangi estetika.

D. Cara Mengatasi / Upaya Pelestarian Daerah Aliran Sungai

1. Melestarikan hutan di hulu sungai
Agar tidak menimbulkan erosi tanah disekitar hulu sungai sebaiknya pepohonan tidak digunduli atau ditebang atau merubahnya menjadi areal pemukiman penduduk. Dengan adanya erosi otomatis akan membawa tanah, pasir, dan sebagainya ke aliran sungai dari hulu ke hilir sehingga menyebabkan pwendangkalan sunmgai.

2. Tidak buang air di sungai
Buang air kecil dan air besar sembarangan adalahperbuatan yang salah. Kesan pertama dari tinja atau urin yang dibuan sembarangan adalah bau dan menjijikan. Tinja juga merupakan medium yang paliang baik untuk perekembangan bibit penyakit dari yang ringan sampai yang berat, oleh karena itu janganlah buang air besar sembarangan khususnya di sungai.

3. Tidak membuang sampah di sungai
Sampah yabng dibuang sembarangan di sungaiakan menyababkan aliran air di sungai terhambat. Selain itu juga sampah akan menyebabkan sungai cepaa dangkal dan akhirnya memicu terjadinya banjir di musim penghujan sampah juga membuat sungai tampak kotor menjijnikan dan terkontaminasi

4. Tidak membuang limbah rumah tangga dan industri
Tempat yang paling mudah untuk membuang limbah industri atau limbah rumah tangga berupa cairan adalah dengan mambuangnya kesungai namun apakah limbah itu aman? Limbah yang dibuang secara asal-asalan tentu saja dapat menimbulkan pencemaran mulai dari bau yang tidak sedap, oencemaran air gangguan penyakit kulit serta masih banyak lagi.

E. Kesimpulan

Maka oleh karena itu Dalam keseharian kita, kita dapat mengurangi pencemaran air, dengan cara mengurangi jumlah sampah yang kita produksi setiap hari (minimize), mendaur ulang (recycle), mendaur pakai (reuse). Kita pun perlu memperhatikan bahan kimia yang kita buang dari rumah kita. Karena saat ini kita telah menjadi “masyarakat kimia”, yang menggunakan ratusan jenis zat kimia dalam keseharian kita, seperti mencuci, memasak, membersihkan rumah, memupuk tanaman, dan sebagainya.Menjadi konsumen yang bertanggung jawab merupakan tindakan yang bijaksana. Sebagai contoh, kritis terhadap barang yang dikonsumsi, apakah nantinya akan menjadi sumber pencemar yang persisten, eksplosif, korosif dan beracun, atau degradable (dapat didegradasi) alam ? Apakah barang yang kita konsumsi nantinya dapat meracuni manusia, hewan, dan tumbuhan, aman bagi mahluk hidup dan lingkungan ? Teknologi dapat kita gunakan untuk mengatasi pencemaran air. Instalasi pengolahan air bersih, instalasi pengolahan air limbah, yang dioperasikan dan dipelihara baik, mampu menghilangkan substansi beracun dari air yang tercemar. Walaupun demikian, langkah pencegahan tentunya lebih efektif dan bijaksana.



Jangan Batasi Karyaku

Secangkir Kopi di Pagi Hari .....



Gambar yang simple tetapi mengandung 
makna yang sangat detail. Coba bayang-
kan dan hayati dengan teliti otak kanan 
anda ? Reaksinya seperti apa ? Silahkan 
sendiri .......

shocking coffee .................................

Selasa, 08 Mei 2012

PERENCAAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN


TAHAP – TAHAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Tahapan proses membeli merupakan sebuah pendekatan penyelesaian yang terdiri atas lima tahap, yaitu:
1. Menganalisa kebutuhan dan keinginan
Penganalisaan kebutuhan dan keinginan ini ditujukan terutama untuk mengetahui adanya kebutuhan dan keinginan yang belum terpenuhi atau terpuaskan. Jika kebutuhan dan keinginan diketahui, maka konsumen atau akan berusaha untuk memenuhinya. Dari
tahap inilah proses pembelian itu dimulai. Kebutuhan dipicu oleh stimuli intern dan
ekstern. Stimuli intern yakni dorongan yang muncul dari diri dalam pribadi pembeli,
sedangkan stimuli ekstern adalah dorongan yang muncul dari pengaruh luar pembeli.
Adanya kebutuhan dan keinginan yang belum terpenuhi tersebut sering diketahui secara
tiba-tiba pada saat konsumen sedang berjalan-jalan ke toko atau berbelanja, melalui
iklan dan kegiatan promosi lainnya, maupun informasi dari orang lain.

2. Pencarian informasi dan penilain sumber-sumber
Setelah tersentuh oleh stimuli tersebut, seorang konsumen akan berusaha mencari
informasi yang sebanyak-banyakiiya tentang produk itu. Informasi itu bisa berasal
bersumber dari pribadi (keluarga, teman, tetangga), sumber komersial (iklan, tenaga
penjual, pedagang perantara dan lain-lain), serta sumber media umum (media massa,
organisasi ranting konsumen) serta sumber pengalaman (penanganan, pemeriksaan,
penggunaan produk). Konsumen yang mulai tergugah niatnya mungkin akan atau tidak mencari informasi lagi. Jika dorongan konsumen kuat dan obyek yang dapat memuaskan kebutuhan ataupun keinginan itu tersedia, konsumen akan akan membeli obyek itu. Tetapi jika tidak, kebutuhan ataupun keinginan itu tinggal mengendap dalam ingatannya.

3. Penilaian dan seleksi terhadap alternatif pembelian
Tahapan ini meliputi dua tahap, yaitu menetapkan tujuan pembelian dan menilai serta mengadakan seleksi terhadap alternatif pembelian berdasarkan tujuan pembeliannya.
Dalam mengidentifikasikan alternatif pembelian ini tidak dapat terpisah dari pengaruh
sumber-sumber yang dimiliki seperti waktu, uang dan informasi yang telah didapat. Atas
dasar tujuan pembelian, altematif-alteniatif yang telah diidentifikasi, dinilai dan diseleksi
menjadi alternatif pembelian yang dapat memenuhi dan memuaskan keinginan maupun
kebutuhannya.

4. Keputusan untuk membeli
Keputusan untuk membeli merupakan proses pembelian yang nyata. Sebagai akibat dari penilaian dan seleksi terhadap alternatif pembelian. Dalam hal ini terbentuklah pilihan
mereka diantara alternatif yang ada. Kotler menjabarkan keputusan ini karena adanya
suatu maksud membeli, yang mana terdapat dua faktor yang mempunyai keputusan
membeli tersebut, dan dapat digambarkan sebagai berikut:
Evaluasi alternatif Niat pembelian Sikap orang lain Situasi tak diinginkan Keputusan
pembelian

5. Perilaku setelah pembelian
Ketika membeli suatu produik, konsumen mengharapkan dampak tertentu dari
pembelian tersebut. Bagaimana harapan-harapan itu terpenuhi, menentukan apakah
konsumen puas atau tidak dengan pembelian tersebut. Perilaku mereka dapat
mempengaruhi penjualan ulang dan juga mempengaruhi respon pembelian tentang
produk tersebut.

TYPE-TYPE MASALAH DAN PEMECAHANNYA

Pengertian masalah adalah hal yang mengandung persoalan yang menghendaki pemecahan. Dictionary of sosiologi and related science, menjelaskan bahwa masalah merupakan situasi yang sukar untuk dipecahkan atau sukar untuk dikuasai atau pertanyaan yang tidak mudah dijawab.
Ensiklopedi administrasi menjelaskan bahwa :
- Masalah (belajar dari pengalaman ) pernah gagal.
- Situasi masalah ada motif tertentu yang menghambat.
- Pemecahan masalah masalah dalam hal ini tingkat kemampuan berfikir harus lebih tinggi dari berfikir yang bersifat rutin.
Berdasar pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahawa :
- Masalah timbul karena ada tujuan yang hendak dicapai dan hambatan yang dihadapi.
- Hambatan merupakan berbagai faktor masalah yang kompleks sehingga merupakan situasi yang sukar dipecahkan / tdk mudah dijawab.
- Untuk mendapatkan cara pemecahannya membutuhkan kemampuan yang lebih tinggi dari kemampuan berfikir rutin.
- Cara pemecahannya / jalan keluar harus mampu memerlukan faktor masalah dan menganalisanya untuk mencapai tujuan.
Timbulnya Masalah Secara Organisatoris.
Yang berhubungan dengan tujuan pokok.
Yang berhubungan dengan tugas tambahan / tugas yang dicari.
Yang berhubungan dengan tugas organik. enis Dan Kategori Masalah
Jenis masalah ditinjau dari pemecahannya masalah dibedakan :
- Masalah analitik adalah masalah yang tersedia satu cara pemecahannya.
- Masalah kreatif yaitu masalah yang terbuka untuk berbagai cara pemecahannya.
Kategori Masalah
Masalah dikategorikan menjadi :
- Masalah sederhana yang meliputi tugas organik antara lain Bin Log, Bin Pers, Bin Mat, dll.
- Masalah pelik, yang meliputi tujuan pokok, tugas tambahan, tugas yang dicari antara lain Binter, Pur, Kasus-kasus teritorial, dll.
Cara Pemecahan Masalah
Sifat Pemecahan Masalah
- Rasional adalah pemecahan masalah berdasarkan berbagai masukan yang berlaku dan relevan antara lain tujuan pokok, kebijaksanaan, dasar doktrin, fakta keadaan dan kondisi yang berlaku dan faktor lingkungan yang berpengaruh. Cara pemecahannya yang logis menurut tata cara yang berlaku dan terbuka bagi saran-saran.
- Irrasional adalah pemecahan masalah yang tidak memiliki dasar baik dari masukan, penalaran, prosedur maupun keterbukaan bagi saran.
Bentuk pemecahan masalah
- Kebetulan adalah cara pemecahan masalah didapat dari proses ketidak sengajaan.
- Trial and eror adalah pemecahan masalah yang menyelenggarakan giat aktif bersifat mencoba.
- Spekulasi adalah pemecahan masalah dengan cara bertindak kira-kira / spekulasi.
- Pengalaman / tradisional adalah meneliti pengalaman waktu lalu.
- Intuitif / naluri adalah pemecahan masalah didasarkan perasaan sesaat yang timbul.
- Dagmatis dan otoriter adalah cara pemecahan masalah yang didasarkan atas dagma yang standar dan secara otoriter.
- Ilmiah adalah cara pemecahan masalah secara ilmiah ditandai dengan penggunaan metoda penelitian / penyelidikan guna memperoleh kesimpulan.
Langkah-langkah pemecahanmasalah.
Pemecahan masalah yang pelik, secara ilmiah harus ditempuh lalui suatu proses langkah demi langkah. Teori-teori yang berkenaan langkah-langkah pemecahan masalah antara lain :
- Teori Herman Von Helmhotz
a) Saturation.
Merupakan bahan untuk pecahkan masalah yang dihadapi.
b) Incubation.
Menggolongkan, mengatur, menyusun, dengan menyisihkan data yang tidak diperlukan.
c) Illumination.
Dalam pikiran timbul suatu cara untuk pemecahan masalah, setelah beberapa lama dalam proses pemotongan (incubation).
- Teori Alex Osbern.
a) Orientation.
Merupakan proses perumusan, pembatasan, untuk tentukan inti masalah yang hendak dipecahkan.
b) Preporation.
Merupakan proses pengumpulan data, yang berhubungan dengan inti masalah.
c) Analisa.
Merupakan proses pengujian, penelaahan & pembahasan mendalam terhadap semua data.
d) Ideation.
Merupakan proses penganalisaan untuk temukan percobaan yang digunakan.
e) Incubation.
Merupakan proses kemungkinan percobaan yang ditemukan untuk mendapatkan percobaan yang lengkap & mantap dengan menggunakan hasil analisa.
f) Synthesis.
Merupakan proses penyorotan terhadap kemungkinan percobaan yang akan dipecahkan.
g) Verification.
Merupakan proses terakhir untuk mendapatkan percobaan yang paling tepat.
- Secara ringkas langkah-2 pemecahan masalah disimpulkan sebagai berikut :
a) Rumuskan masalah & cara pendekatannya.
b) Pengumpulan data.
c) Analisa.
d) Pematangan percobaan.
e) Penjabaran percobaan yang terbaik.

GAYA  DAN MODEL PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pengertian Model Pegambilan Keputusan
Model adalah percontohan yang mengandung unsure yang bersifat penyederhanaan untuk dapat ditiru (jika perlu). Pengambilan keputusan itu sendiri merupakan  suatu proses berurutan yang memerlukan penggunaan model secara cepat dan benar.
Pentingnya model dalam suatu pengambilan keputusan, antara lain sebagai berikut:
·         Untuk mengetahui apakah hubungan yang bersifat tunggal dari unsur-unsur itu ada relevansinya terhadap masalah yang akan dipecahkan diselesaikan itu.
·         Untuk memperjelas (secara eksplisit) mengenai hubungan signifikan diantara unsur-unsur itu.
·         Untuk merumuskan hipotesis mengenai hakikat hubungan-hubungan antar variabel. Hubungan ini biasanya dinyatakan dalam bentuk matematika.
·         Untuk memberikan pengelolaan terhadap pengambilan keputusan.
Model merupakan alat penyederhanaan dan penganalisisan situasi atau system yang kompleks. Jadi dengan model, situasi atau sistem yang kompleks itu dapat disederhanakan tanpa menghilangkan hal-hal yang esensial dengan tujuan memudahkan pemahaman. Pembuatan dan penggunaan model dapat memberikan kerangka pengelolaan dalam pengambilan keputusan.
Dalam analisis pengambilan keputusan ini ternyata semuanya menggunakan model paling tidak secara implisit. Mengenai hal ini Hovey, memberikan contoh mengenai pengecatan gedung sekolah.
1.      Pengecatan gedung sekolah yang kotor dan tidak merata, secara tidak langsung dapat berakibat kurangnya konsentrasi belajar para siswanya.
2.      Pengecatan gedung sekolah yang tidak merata dan kotor pun, secara tidak langsung dapat berakibat kurangnya konsentrasi mengajar para guru sekolah yang bersangkutan.
3.      Begitu pula pengecatan gedung sekolah yang tidak merata dan kotor, akhirnya justru akan menyebabkan sekolah terpaksa mengeluarkan biaya yang lebih banyak lagi.
4.       Pengecatan yang baik dan benar, perlu dilakukkan dengan perubahan warna setiap dua tahun sekali. Pengecatan dengan cara demikian itu akan meningkatkan konsentrasi belajar para siswa dan mengajar para guru sekolah yang bersangkutan.
5.      Pengecatan gedung sekolah itu ada dalam keadaan baik dan tepat, apabila dilakukan setiap dua tahun sekali.
Dari uraian tersebut, empat butir pertama masing-masing mendasarkan diri pada model yang berbeda, tetapi secara implisit menunjukkan adanya hubungan antara pengecatan dan pendidikan atau pelaksanaan pendidikan. Model kelima merupakan praktik pengecatan itu sendiri (sebaiknya dilakukan dua tahun sekali).
Berdasarkan pendekatan ilmu manajemen untuk memecahkan masalah digunakan model matematika dalam menyajikan system menjadi lebih sederhana dan lebih mudah dipahaminya. Pada umumnya model itu memberikan sarana abstrak untuk membantu komunikasi. Bahasa itu sendiri merupakan proses abstraksi, sedangkan matematika merupakan bahasa simbolik khusus.
Klasifikasi Model Pengambilan Keputusan
Mengingat begitu banyaknya cara untuk mengadakan klasifikasi model, dibawah ini disampaikan beberapa klasifikasi saja. Klasifikasi model dapat dilakukan berdasarkan sebagai berikut:
1.      Tujuannya : model latihan, model penelitian, model keputusan, model perencanaan, dan lain sebagainya. Pengertian tujuan disini adalah dalam arti purpose.
2.      Bidang penerapannya (field of application) : model tentang transportasi, model tentang persediaan barang, model tentang pendidikan, model tentang kesehatan, dan sebagainya.
3.      Tingkatannya (level) : model tingkat manajemen kantor, tingkat kebijakan nasional, kebijakan regional, kebijakan local, dan sebagainya.
4.      Ciri waktunya (time character) : model statis dan model dinamis.
5.      Bentuknya (form) : model dua sisi, satu sisi, tiga dimensi, model konflik, model non konflik, dan sebagainya.
6.      Pengembangan analitik (analytic development) : tingkat dimana matematika perlu digunakan; lain-lain.
7.      Kompleksitas (complexity) : model sangat terinci, model sederhana, model global, model keseluruhan, dan lain-lain.
8.      Formalisasi (formalization) : model mengenai tingkat dimana interaksi itu telah direncanakan dan hasilnya sudah dapat diramalkan, namun secara formal perlu dibicarakan juga.
      Quade membedakan model ke dalam dua tipe, yakni model kuantitatif dan model kualitatif.
1.      Model kuantitatif
Model kuantitatif (dalam hal ini adalah model matematika) adalah serangkaian asumsi yang tepat yang dinyatakan dalam serangkaian hubungan matematis yang pasti. Ini dapat berupa persamaan, atau analisis lainnya, atau merupakan instruksi bagi computer, yang berupa program-program untuk computer. Adapun ciri-ciri pokok model ini ditetapkan secara lengkap melalui asumsi-asumsi, dan kesimpulan berupa konsekuensi logis dari asumsi-asumsi tanpa menggunakan pertimbangan atau intuisi mengenai proses dunia nyata (praktik) atau permasalahan yang dibuat model untuk pemecahannya.
2.      Model kualitatif
Model kualitatif didasarkan atas asumsi-asumsi yang ketepatannya agak kurang jika dibandingkan dengan model kuantitatif dan ciri-cirinya digambarkan melalui kombinasi dari deduksi-deduksi asumsi-asumsi tersebut dan dengan pertimbangan yang lebih bersifat subjektif mengenai proses atau masalah yang pemecahannya dibuatkan model.
Gullet dan Hicks memberikan beberapa klasifikasi model pengambilan keputusan yang kerapkali digunakan untuk memecahkan masalah seperti itu (yang hasilnya kurang diketahui dengan pasti).



PERENCANAAN STRATEGIS

JENIS-JENIS PERENCANAAN

·         PERENCAAN STRATEGIS
Perencanaan yang menyangkut penentuan tujuan dan kebijakan umum yang berjangka panjang berdasarkan analisis internal dan eksternal . Disebut juga Corporate Plan Doing the Right Things (menurut Cunningham).
·         PERENCANAAN OPERASIONAL
Perencanaan yang menyangkut penentuan target dan sasaran yang meliputi rencana kerja dan anggaran. Disebut juga Rencana Kerja dan Anggaran . Doing Things Right (menurut Cunningham).
·         PERENCANAAN SPESIFIK
Perencanaan yang telah ditentukan secara jelas baik sasaran, jadual, prosedur kegiatan, dan alokasi anggaran.
·         PERENCAAN PENGARAHAN
Perencanaan yang hanya memberikan kebijakan umum dan tidak menentukan sasaran, program atau anggaran secara khusus.

PROSES PENYUSUN PERENCAAN
·         PROSES PERENCANAAN STRATEGIS
1.      Kenali Nilai, Misi, dan Tujuan Organisasi Investigasi.
2.      Kekuatan dan kelemahan organisasi Investigasi.
3.      Peluang dan ancaman lingkungan (sistem lain).
4.      Lakukan analisis Strategi, meliputi:
·         Kenali Core business Organisasi
·         Apa kebutuhan Stakeholder
·         Keunggulan kompetitif yang dimiliki
·         Apakah perlu mendapatkan sumber-sumber baru? Atau mengembangkan dari dalam?
5.      Pelaksanaan Strategis
6.      Evaluasi .


EFEKTIFITAS PERENCANAAN

Salah satu persoalan mendasar kehidupan bernegara dalam proses
penyelenggaran pemerintah baik di tingkat pusat mupun daerah adalah bagaimana
membangun atau menciptakan mekanisme pemerintahan yang dapat mengemban
misinya untuk mewujudkan raison de’etre pemerintahan yaitu menyejahterakan
masyarakat secara berkeadilan.
Untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat tersebut, pemerintah harus
melaksanakan pembangunan. Selain untuk memelihara keabsahannya (legitimasi),
pemerintah juga akan dapat membawa kemajuan bagi masyarakatnya sesuai
dengan perkembangan jaman.
Terdapat dua hal yang harus dilaksanakan oleh pemerintah;
pertama :
perlu aspiratif terhadap aspirasi-aspirasi yang disampaikan oleh masyarakatnya,
dan perku sensitive terhadap kebutuhan rakyatnya. Pemerintah perlu mengetahui
apa yang dibutuhkan oleh rakyatnya serta mau mendengarkan apa kemauannya.
Kedua :
pemerintah perlu melibatkan segenap kemauan dan kemampuan yang
dimiliki oleh masyarakat dalam melaksanakan pembangunan. Dengan kata lain
pemerintah perlu menempatkan rakyat sebagai subjek pembangunan, bukan hanya
sebagai objek pembangunan.
Keberhasilan pelaksanaan pembangunan masyarakat (Community
development) sangat bergantung kepada peranan pemerintah dan masyarakatnya.
Keduanya harus mampu menciptakan sinegri. Tanpa melibatkan masyarakat,
pemerintah tidak akan dapat mencapai hasil pembangunan secara optimal.
Pembangunan hanya akan melahirka produk-produk baru yang kurang berarti bagi
masyarakatnya, tidak sesuai dengan kebutuhan masyaratnya. Demikian pula
sebaliknya, tanpa peran yang optimal dari pemerintah, pembangunan akan
berjalan secara tidak teratur dan tidak terarah, yang pada akhirnya akan
menimbulkan permasalahan baru.
Selain memerlukan keterlibatan masyarakat, pembangunan juga
membutuhkan strategi yang tepat agar dapat lebih efisien dari segi pembiayaan
dan efektif dari segi hasil. Pemilihan strategi pembangunan ini penting karena
akan menentukan dimana peran pemerintah dan dimana peran masyarakat,
sehingga kedua pihak mampu berperan secara optimal dan sinergis.
Selain dengan amanat yang diemban dalam UU No. 22 / 1999,
perencanaan pembangunan dan pelaksanaannya harus berorientasi ke bawah dan
melibatkan masyarakat luas, melalui pemberian wewenang perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan di tingkat daerah. Dengan cara ini pemerintah makin
mampu menyerap aspirasi masyarakat banyak, sehingga pembangunan yang dilaksanakan dapat memberdayakan dan memenuhi kebutuhan rakyat banyak.